Di Indonesia banyak ditemukkan bangunan bangunan Candi. ada Candi Bundha dan Candi Hindu. inilah 10 Candi Budha dan Candi Hindu di Indonesia
10 Candi Budha
1. candi borobudur
borobudur
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bulat melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur ialah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi ialah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat bahari Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
2. Candi Mendut
candi-mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan tabrakan makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor simpanse dan seekor garuda.
Candi Mendut ialah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci berjulukan veluvana yang artinya ialah hutan bambu. Oleh spesialis arkeologi Belanda berjulukan J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
3. Candi Ngawen
ngawen
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya ialah tabrakan Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen ialah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada kurun ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar ialah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
4. Candi Lumbung
candi-lumbung
Candi Lumbung ialah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada kurun ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
5. Candi Banyunibo
candi-banyunibo
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) ialah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bab sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar kurun ke-9 pada dikala zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bab atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan tabrakan relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bab ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan kini berada di tengah wilayah persawahan.
6. Kompleks Percandian Batujaya
candi_batujaya
Kompleks Percandian Batujaya ialah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian alasannya ialah terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
Cirri-cirinya:
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bab kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak menunjukkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.
7. Candi Muara Takus
candi-muara-takus
Candi Muara Takus ialah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan sentra desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.
Ciri-cirinya:
Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari kerikil pasir, kerikil sungai dan kerikil bata. Menurut sumber tempatan, kerikil bata untuk bangunan ini dibentuk di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk kerikil bata itu hingga dikala ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa kerikil bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum niscaya kebenarannya menawarkan citra bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.
8. Candi Sumberawan
candi-sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di Kecamatan Singosari, Malang. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini dibentuk dari kerikil andesit dengan ukuran P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada ketinggian 650 mDPL, di kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah alasannya ialah terletak di bersahabat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
Cirri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan tubuh yang berbentuk stupa. Pada batur candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi mempunyai penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan alas Padma, sedang bab atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.
9. Candi Brahu
candi-brahu
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan kurun 15 Masehi. Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih renta ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci menyerupai disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,
Cirri-cirinya:
Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) mayat raja-raja Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil menemukan bekas bubuk mayat dalam bilik candi. Lebih lebih sesudah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.
10. Candi Sewu
candi-sewu
Candi Sewu ialah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada dikala kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar sesudah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibentuk oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk sanggup memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal alasannya ialah pada dikala fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.
10 candi hindu
1. Candi Cetho
candi_cetho
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa selesai pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibentuk oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melaksanakan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini mempunyai usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Ciri-cirinya:
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama sesudah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.
2. Candi Asu
candi-asu
Candi Asu ialah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur bahari dari candi Ngawen). Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut merupakan nama gres yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya.
Ciri-cirinya :
Disebut Candi Asu alasannya ialah didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana tuhan Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Disebut Candi Lumbung alasannya ialah diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman Wisata candi Prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di tempat bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur kandang dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bab atap candi tidak diketahui dikarenakan telah runtuh dan sebagian besar kerikil hilang. Melihat ketiga candi tersebut sanggup diperkirakan bahwa candi-candi itu termasuk bangunan kecil. Di bersahabat Candi Asu telah diketemukan dua buah prasati kerikil berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M ) dan Sri Manggala II ( 874 M ).
3. Candi Gunung Wukir
candi-gunung-wukir
Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal ialah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada dikala pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).
Ciri-cirinya:
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis kerikil andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal kini ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang tuhan Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.
4. Candi Prambanan
prambanan
Berdiri di bawah Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini selarik puisi tiba-tiba terlintas di benak
Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku pedoman bagi belum dewasa sekolah dasar. Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara manis berjulukan Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibentuk hanya dalam waktu semalam. Bandung yang mempunyai kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila logika licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang kecewa kemudian mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.
5. Candi Gunung Sari
Candi Gunung Sari
Candi Gunung Sari ialah salah satu candi Hindu Siwa yang ada di Jawa. Lokasi candi ini berdekatan dengan Candi Gunung Wukir tempat ditemukannya Prasasti Canggal.
Ciri-cirinya:
Candi Gunung Sari dilihat dari ornamen, bentuk, dan arsitekturnya kemungkinan lebih renta daripada Candi Gunung Wukir. Di Puncak Gunung Sari kita sanggup melihat pemandangan yang sangat mempesona dan menakjubkan. Candi Gunung Sari terletak di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Semoga di masa depan Candi Gunung Sari semakin dikenal oleh banyak orang untuk sanggup menemukan ide dan keindahanny.
6. Arca Gupolo
arca gupolo
Arca Gupolo ialah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang terletak di bersahabat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo ialah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari tuhan Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan ialah arca tuhan Hindu dengan posisi duduk.
Ciri-cirinya:
Di bersahabat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang digunakan oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di ekspresi dominan kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut legenda rakyat setempat, Gupolo ialah nama patih (perdana menteri) dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko (ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).
7. Candi Cangkuang
candi cangkuang
Candi Cangkuang ialah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.
Cirri-ciri nya:
Bangunan Candi Cangkuang yang kini sanggup kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.
8. Candi Gedong Songo
candi gedong songo
Candi Gedong Songo ialah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra kurun ke-9 (tahun 927 masehi).
Ciri-cirinya:
Candi ini mempunyai persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan bahari sehingga suhu udara disini cukup hirau taacuh (berkisar antara 19-27°C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini mempunyai pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.
9. Candi Pringapus
pringapus
Candi Pringapus ialah candi di desa Pringapus, Ngadirejo, Temanggung 22 Km arah barat bahari ibu kota kabupaten Temanggung. Arca-arca berartistik Hindu yang erat kaitanya dengan Dewa Siwa menerangkan bahwa Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Candi tersebut dibangun pada tahun tahun 772 C atau 850 Masehi berdasarkan prasasti yang ditemukan di sekitar candi ketika diadakan restorasi pada tahun 1932.
Ciri-cirinya:
Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa. Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis
10. Candi Sukuh
candi sukuh
Candi Sukuh ialah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu alasannya ialah ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial alasannya ialah bentuknya yang kurang lazim dan alasannya ialah banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Ciri-cirinya:
Bangunan candi Sukuh menawarkan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung menyerupai dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.
Mungkin itu saja yang sanggup saya sampaikan mengenai bahan Sejarah. Semoga bermanfaat dan sanggup menambah pengamalan anda semua dengan adanya pembahasan tentang Candi Candi Di Indonesia Mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan maupun pemmbahasan. Terimakasih.