Puisi Gus Mus Tahun Baru

3:04 AM





SELAMAT TAHUN BARU
Oleh: KH MUSTOFA BISRI

Selamat Tahun Baru Kawan
Kawan, Sudah tahun gres lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk?
Memandang diri sendiri?
bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisabnya?
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?
Musliminkah? 

Mukminin? 
Muttaqin? 
Khalifah Allah? 
Umat Muhammad-kah kita?
Khaira ummatin kah kita? 

atau kita sama saja dengan makhluk lain?
atau bahkan lebih rendah lagi?
Hanya budak-budak perut dan kelamin.
 

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan, lebih pipih dari kain rok perempuan.
Betapapun tersiksa, kita Khusyuk di depan massa dan tiba-tiba buas dan binal justru di dikala sendiri bersamaNya.
 

Syahadat kita rasanya ibarat perut bedug, atau pernyataan setia pegawai rendahan, kosong tak berdaya.
 

Shalat kita rasanya lebih jelek dari senam Ibu-ibu, lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda.
Do’a kita sesudahnya justru lebih serius kita memohon hidup lezat di dunia dan senang disurga.

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadual makan minum dan dikala istirahat tanpa menggeser program buat syahwat.
Ketika tiba lapar atau haus; kitapun menggut-manggut “Oh beginikah rasanya” dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia..
Kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran, upaya-upaya Tuhan menggantinya beripat ganda.

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material.

Membuang uang kecil dan dosa besar, kemudian pulang membawa label suci orisinil made in Saudi.. HAJI.

Kawan, kemudian bagaimana, bilamana dan berapa usang kita BersamaNya?
Atau kita justru sibuk menjalankan kiprah mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahnya.
Kawan, tak terasa kita semakin berakal
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita, paling tidak kita semakin berakal berdalih.
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran

Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semuanya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman

Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi semua yang baik, halallah semua sampaipun yang paling tidak baik
Lalu bagaimana para cendikiawan dan seniman?
Para mubaligh dan kiai penyambung pengecap Nabi?
Jangan ganggu mereka.
Para cendikiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para muballigh sedang sibuk berteriak kemana-mana

Para kiai sedang sibuk berfatwa dan berdo’a
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan menyesali nasib dan perkara mereka sendiri.

Kawan, selam tahun gres
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk dan memandang diri sendiri?

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔