Penyakit Kromosom Pada Manusia
- penyakit kromosom badan (autosom) pada insan ada di nomer 1 hingga 22
- penyakit kromosom kelamin / seks (gonosom). pada insan ada di nomer 23
Dalam klarifikasi kali ini, kelainan kromosom akan dijelaskan mengenai penyakit kelainan kromosom
- Hypofosfatasia : kerusak an kromosom nomer 1
- Pubetas dini : kerusakan kromosom no 2
- Apnea Pasca - Pembiusan : kelainan kromosom nomer 3
- Syndrome Cry du Cat : Penyakit delesi kromosom 5
- Salla : Penyakit kelainan kromosom
- Cystic fibrosis : Penyakit kelainan kromosom 7
- Retinitis pigmentosa : Penyakit kelainan kromosom 8
- Xeroderma pigmentosum : penyakit kelainan kromosom 9
- Porfiria : Penyakit kelainan kromosom 10
- Alzaheimer : Penyakit kelainan kromosom 14
- Sindrom Marfan : penyakit kelainan kromosom 15
- Insomnia Fatal/ Kronis : Penyakit kelainan kromosom 20
- Sindrom Down : Penyakit kelainan kromosom 21
- Penyakit kelainan kromosom X dan Y : Penyakit kelainan kromosom 23
Kromosom 1 : Hipofosfatasia
- Hipofasfatasia ialah kerusakan genetis pada proses mineralisasi kerangka yang diwariskan dalam bentuk alel resesif yang bisa mengakibatkan tanda-tanda perubahan bentuk gugusan tulang dan terlalu cepat gigi susu lepas pada bawah umur (Gambar 1).
- Hipofosfatasia sanggup dijumpai di seluruh dunia, akan tetapi yang paling banyak terjadi ialah keturunan dari keluarga sekte Nasrani Protestan Mennonit yang sering melaksanakan perkawinan sedarah di Manitoba, Kanada.
- Penyakit tersebut belum ada pengobatan medisnya.
- Penyebabnya ialah gen resesif homozigot di dalam kromosom 1.
Gambar 1. Penderita hipofosfatasia.
Kromosom 2 : Pubertas Dini
- Merupakan adanya alel secara umum dikuasai yang mengakibatkan pubertas dini pada anak pria yang mengakibatkan peningkatan produksi testosteron dini.
- Sebagai karenanya anak pria yang mempunyai kelainan tersebut mengatakan ciri-ciri pubertas pada usia 4 tahun.
- Penyakit ini disebabkan adanya mutasi resesif yang disebabkan oleh subtitusi satu nukleotida sehingga mengakibatkan perubahan pada transmisi denyut saraf sebagai respon atas ransangan kimiawi tertentu.
- Pada masalah individu homozigot bisa mengalamai berhentinya pernafasan secara berkepanjanan apabila dibius dengan relaksan otot.
- Sidrom cri du chat ialah bayi yang penderitanya mengeluarkan bunyi “jeritan kucing” (cri-du-chat) yang memilukan, sindrom tersebut merupakan kelainan genetis yang cukup sering ditemukan kasusnya, yakni 1 dalam 50.000.
- Sindrom ini merupakan jawaban dari adanya delesi pecahan kromosom.
- Kondisi ini juga disebut penyakit aberasi kromosom.
- Ciri-ciri sindrom cri-du-chat ialah penderita dengan konndisi retardasi mental serta mempunyai lipatan mata yang menonjol, ukuran wajah kecil, dan batang hidung mencuat (Gambar 2).
- Komplikasi medis seringkali mengakibatkan maut semasa bayi atau usia awal kanak-kanak.
- Sindrom ini digambarkan kali pertama oleh Lejeune dkk (1963).
Gambar 2. Sindrom Cri-du-chat.
Kromosom 6 : Penyakit Salla
- Penyakit Salla ialah kelainan pada kemampuan badan untuk memproses dan menyimpan asam sialat.
- Ciri-ciri penyakit ini ialah tanda-tanda kelemasan otot dan gerakan yang tak terkoordinasi semenjak usia 6-9 bulan.
- Sekitar sepertiga kelainan geneis ini tidak bisa berjalan serta kehilangan kemampuan untuk mengucapkan kata, meskipun masih bisa memahami nya.
- Penderita yang tumbuh menjadi remaja mengalami kondisi retardasi pertumbuhan dan fungsi mental dengan IQ yang berkisar antara 20 – 40.
- Rentang usia penderita menjadi berkurang, hingga ketika ini masih hanya diketahui satu pasien yang telah mencapai usia 72 tahun.
Kromosom 7 : Cystic Fibrosis (CF)
- Cystic fibrosis ialah salah satu kelainan dari penyakit ini ialah berlebihnya keringat yang berkaitan dengan alel resesif autosom dalam populasi kulit putih.
- Produksi lendir amat kental yang terkadang membahayakan pada penderitanya serta sanggup menyumbat organ paru-paru pada anak-anak.
- Gen dari CF ini mempunyai 230.000 pasang nukleotida yang terletak di lengan panjang kromosom nomor 7.
- Ketika terjadi delesi 1 nukleotida maka sanggup mengakibatkan produk proteinnya kekurangan satu fenil alanin pada sekuens atau urutan nomor 508 yang merupakan sumber penyebab sekitar 70% kromosom CF mutan di seluruh dunia.
- Saat ini, sudah dikenali lebih dari 500 macam urutan gen tersebut paling tidak 350 diantaranya diduga juga mengakibatkan penyakit ini.
Kromosom 8 : Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa ialah penyakit genetis yang mempunyai ciri pada degenerasi retina matanya. Penyakit tersebut merupakan indikasi yang awalnya ialah mengalami susah melihat dengan terang pada kondisi kurang cahaya yang berlanjut hingga dengan semakin menyempitnya jarak pandang hingga pada akhirnya menjadi buta di usia yang masih paru baya. Retinitis pigmentosa ialah salah satu teladan masalah bahwa kerusakan pada gen yang bisa mengakibatkan tanda-tanda klinis yang kejadiannya bisa sama. Biasanya tiap gen tersebut saling berkaitan dengan jalur biokimia atau perkembangan yang sama. Gen yang menjadi penyebab beragamnya masalah retinitis pigmentosa sudah dipetakan pada kromosom di nomor 3, 6, 7, 8, 11, 14, 16, dan X.
Kelainan genetis yang lain yakni ditemukan penyakit di kromosom 8 yang mengakibatkan penuaan dan maut dini yang biasanya pada usia 50 tahun. Gen tersebut bertanggung jawab atas penyakit sindrom Werner yang mensintesis helikase DNA mengalami kerusakan. Dalam bentuk normal, gen tersebut bertugas untuk memperbaiki kerusakan DNA. Kondisi mutasi sanggup mengakibatkan terjadinya sindrom Werner yang berdampak besar antara lain: pasien yang berusia 30-an mengatakan tanda-tanda gejala dengan ciri usia lanjut, ibarat mata katarak, tulang yang osteoporosis serta penyakit jantung.
Kromosom 9 : Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum ialah penyakit yang lokasinya terletak di bersahabat ujung lengan panjang kromosom nomor 9. Penderitanya mengalami kepekaan terhadap cahaya matahari ibarat kulit raanya gampang terbakar serta sangat rentan terhadap penyakit kanker kulit. Usia rata-rata terjadinya penyakit dengan tanda-tanda klinis neoplasma kulit sekitar 8 tahun. Penyakit ini merupakan kerusakan genetis pada kemampuan sel untuk memperbaiki kondisi kerusakan DNA jawaban terpaparnya sinar ultra violet.
Kromosom 10: Porfiria
Kelainan metabolisme porfiria / porfirin ialah kondisi yang melibatkan proses mutasi pada salah satu diantara beberapa gen, yakni gen-gen yang berkaitan dengan adanya kemampuan badan untuk memproduksi hemoglobin. Berbagai bentuk penyakit porfiria dengan kondisi tingkat keparahan tanda-tanda yang berbeda-beda, akan tetapi semuanya cenderung berkaitan dengan kondisi anemia, insomnia, gangguan kesadaran serta rasa sakit yang sulit diobati.
Kromosom 14 : Penyakit Alzaheimer
Alzaheimer ialah penyakit demensia progresif yang pada umum terjadi pada orang usia lanjut dengan ditandai adanya penumpukan plak amoloid (semacam pati) di dalam otak. Hanya 10 hingga 20 persen masalah penyakit Alzheimer yang secara terang terbukti ialah penyakit genetis, namun lantaran penyakit Alzheimer biasanya muncul pada lanjut usia, kemungkinan banyak masalah Alzhaimer jawaban genetis banyak yang terlewatkan dari perhatian. Mutasi yang terjadi di dalam beberapa gen penyandi protein, terutama satu gen yang menyandi protein prekursor amiloid pada kromosom 21 telah diketahui mempunyai kiprah dalam proses Alzhaimer. Salah satu bentuk penyakit Alzhaimer yang berkaitan dengan kromosom noor 14 berawal lebih dini dan seringkali sebelum usia 60 tahun. Gen-gen yang lain juga menimbulkan penyakit Alzhaimer secara genetis juga di kromosom 1 dan 19, serta DNA mitokondria.
Kromosom 15 : Sindrom Marfan
Sindrom Marfan ialah penyakit yang ditemukan pertama pada tahun 1896 pada gadis kecil berusia 5 tahun dengan ciri-ciri mempunyai anggota badan terlalu panjang, jari-jari ibarat laba-laba, tubuhnya tinggi, tulang punggungnyaa melengkung, dan terjadi pemendekan sendi jari dan lutut (Gambar 3). Kondisi yang lain yakni lensa mata tidak stabil, gangguan pada paru-paru dan rentan dengan penyakit hernia. Kasus sindrom Marfan terjadi 1 diantara 10.000 orang. 15 hingga 30 persen diantaranya merupakan hasil mutasi baru. Penelitian molekular menemukan bahwa sumber sindrom ini ialah alel mutan gen fibrillin yang terletak di pecahan tengah kromosom 15.
Kromosom 20 : Insomnia Fatal
Kasus ini berawal dari laporan perihal seorang paru baya dengan gangguan sfinkter (otot yang bebentuk cincin yang bisa membuka dan menutup, teladan pada anus) serta tak bisa tidur berat. Selama kurun 9 bulan berikutnya tanda-tanda tersbut menjelma kondisi pikiran yang mengawang, tremor koma, bahkan kematian. Penelitian selanjutnya menandakan bahwa banyak anggota keluarga pasien dalam tiga generasi mengalami tanda-tanda yang sama. Setelah ditelusuri, tak bisa tidur fatal ini diketahui sebagai kelainan pada thalamus di pecahan depan otak. Gen yang bertanggung jawab terletak pada kromosom 20 yang menyandi protein prion yang fungsinya belum terang serta terlibat dengan beberapa penyakit lainya pada thalamus.
Kromosom 21 : Sindrom Down
Sindrom Down (Down Syndrome) ialah cacat genetis ini melibatkan kelainan besar pada kromosom, dimana pasien mempunyai tiga duplikat atau kelebihan kromosom 21, dimana pada kondisi normal hanya mempunyai sepasang. Kondisi penyakit ini merupakan yang pertama untuk beberapa hal ibarat kelainan kromosom yang pertama yang diketahui secara klinis; kelainan insan pertama yang terbukti berasal dari kromosom utuh; dan mempunyai frekuensi tertinggi dalam mengakibatkan banyak sekali kondisi retardasi mental (1 diantara 700 kelainan hidup). Ciri fisik maupun fisiologis dari penderita Down Syndrome yakni bentuk tengkorak wajah yang khas serta kelainan neurologis terutama berasal dari ketidakseimbangan metabolisme sebagai jawaban berlebihnya duplikat gen dan produk proteinya. Langkah awal untuk diagnosis pra kelahiran yakni melalui amniosentesis atau pemindahan serum sudah tersedia.
Kromosom X
Kromosom X ialah sumber dari banyaknya penyakit genetik. Pada kelainan resesif, konsekuensi buruknya lebih banyak terjadi pada pria daripada perempuan. Kelainan genetik dari penyakit bawaan kromosom X yakni mempunyai penyebaran yang khas yaitu silsilah keluarga. Contoh penyakit kromosom X yakni kekeliruan metabolisme bawaan yaitu sindrom Lesch-Nyhan. Sindrom Lesch-Nyhan ialah salah satu penyakit genetik yang paling menakutkan. Penyakit yang bersifat resesif ini ditandai dengan disfungsi saraf yang sanggup menimbulkan dorongam untuk muntah dan mutilasi diri. Anak-anak yang pengidap yang selalu pria sering menunjukkan dorongan obsesif dan hasrat tak yang terkendali untuk menyakiti dirinya. Contohnya ibarat menggigit bibir dan jari, menyiram diri dengan air panas, serta menikam wajah dan mata dengan benda tajam. Meskipun bawah umur tersebut mempunyai keterbelakangan mental, namun bawah umur tersebut mempunyai pandangan yang terang dan normal serta bisa mencicipi sakit.
Kromosom Y
Dampak yang paling fundamental dari kromosom ini ialah penentuan jenis kelamin itu sendiri. Gen yang bertanggung jawab (awalnya dinamakan faktor penentu testis / testis-determining factor, TDF) belakangan ini diidentifikasi dan diketahui berada di ujung kromosom Y. Sebenarnya, TDF mengawali rentetan kejadian dalam perkembangan embrio yang berpuncak pada terjadinya individu laki-laki. Faktor lingkungan atau genetis apapun yang menghalangi diferensiasi testis bisa menggagalkan terjadinya laki-laki, kembali ke keadaan awal yakni perempuan.
Satu kelompok kerusakan genetis pada Y, disgenesis gonad XY, terjadi pada tempat gen TDF itu sendiri. Pasien penderita mengatakan banyak sekali tingkat ambiguitas seksual, yang berkisar dari fenotip pria dengan mikroppenis hingga fenotip wanita yang sepenuhnya tak mempunyai gonad pria dan bermacam-macam tingkat perkembangan rahim dan organ reproduktif eksternal perempuan.
Gen TDF menarik perhatian lantaran gen tersebut berperan pada bentuk anomali kromosom seks lainnya. Studi sitogenetika tahap awal telah mengungkap kasus-kasus langka, fenotipe pria mempunyai kromosom XX ibarat yang normalnya dimiliki perempuan. Analisis lebih lanjut mengatakan bahwa pria XX gotong royong punya bagian-bagian kromosom Y yang pindah ke lengan pendek salah satu kromosom X-nya (kemungkinan melalui kejadian meiosis asing ketika sang ayah memproduksi sperma). Pengamatan pada banyak masalah semacam itu, mengarah pada identifikasi pemindahan kromosom terkecil yang menghasilkan kondisi pria dngan kromosom XX. Pemindahan itu meliputi ujung kromosom Y. Individu XX yang punya pecahan kromosom Y lainnya, fenotipnya tetap perempuan.
Perempuan yang cuma punya satu kromosom X (genotip XO) mengalami sindrom turner. Sindrom turner ialah kondisi kelaiann genetis dengan gejalanya anatara lain perawakannya pendek, indung telur rusak, leher bergelambir, pembengkakan tangan dan kaki, serta penyempitan aorta. Sindrom turner terjadi pada sekitar 1-2% kehamilan yang diketahui secara klinis, tapi 99% janin dengan kondisi sindrom turner meninggal sebelum dilahirkan (menjadikan sindrom turner sebagai anomali kromosom yang paling umum dilaporkan pada masalah aborsin spontan). Dalam populasi umum, sidrom turner terjadi pada sekitar satu per 5.000 kelahiran bayi wanita hidup.
Trisomi X (genotip XXX) bahkan juga sering terjadi yakni sekitar satu per 1.000 kelahiran bayi hidup. Gejala klinisnya antara lain terlihat ringan, tetapi sering mengalami kesulitan berguru bahkan mengalami kemandulan parsial.
Beberapa kelainan konfigurasi kromososm seks menghasilkan individu dengan fenotip laki-laki. Contohnya ialah kondisi genotip XXY (sindrom klinefelter) dan XYY, yang keduanya terjadi pada satu dari sekitar 1.000 kelahiran bayi pria hidup. Pada pasien dengan genotip XXY mempunyai berperawakan jangkung, kurus dan biasanya mandul. Sindrom XYY mempunyai sedikit dampak dan biasanya tidak terdeteksi.
hermafroditisme sejati, ketika testis dan indung telur sama-sama berkembang, juga dikenal pada manusia. Salah satu rute genetis menuju hermafroditisme ialah khimerisme XX / XY, dimana pembuahan ganda mengakibatkan pencampuran sel janin XX dan XY. Individu yang terjadi gotong royong embrio rangkap yang terdiri dari dua tipe sel, salah satunya secara genetika ialah pria dan lainya perempuan
Retinitis pigmentosa ialah penyakit genetis yang mempunyai ciri pada degenerasi retina matanya. Penyakit tersebut merupakan indikasi yang awalnya ialah mengalami susah melihat dengan terang pada kondisi kurang cahaya yang berlanjut hingga dengan semakin menyempitnya jarak pandang hingga pada akhirnya menjadi buta di usia yang masih paru baya. Retinitis pigmentosa ialah salah satu teladan masalah bahwa kerusakan pada gen yang bisa mengakibatkan tanda-tanda klinis yang kejadiannya bisa sama. Biasanya tiap gen tersebut saling berkaitan dengan jalur biokimia atau perkembangan yang sama. Gen yang menjadi penyebab beragamnya masalah retinitis pigmentosa sudah dipetakan pada kromosom di nomor 3, 6, 7, 8, 11, 14, 16, dan X.
Kelainan genetis yang lain yakni ditemukan penyakit di kromosom 8 yang mengakibatkan penuaan dan maut dini yang biasanya pada usia 50 tahun. Gen tersebut bertanggung jawab atas penyakit sindrom Werner yang mensintesis helikase DNA mengalami kerusakan. Dalam bentuk normal, gen tersebut bertugas untuk memperbaiki kerusakan DNA. Kondisi mutasi sanggup mengakibatkan terjadinya sindrom Werner yang berdampak besar antara lain: pasien yang berusia 30-an mengatakan tanda-tanda gejala dengan ciri usia lanjut, ibarat mata katarak, tulang yang osteoporosis serta penyakit jantung.
Kromosom 9 : Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum ialah penyakit yang lokasinya terletak di bersahabat ujung lengan panjang kromosom nomor 9. Penderitanya mengalami kepekaan terhadap cahaya matahari ibarat kulit raanya gampang terbakar serta sangat rentan terhadap penyakit kanker kulit. Usia rata-rata terjadinya penyakit dengan tanda-tanda klinis neoplasma kulit sekitar 8 tahun. Penyakit ini merupakan kerusakan genetis pada kemampuan sel untuk memperbaiki kondisi kerusakan DNA jawaban terpaparnya sinar ultra violet.
Kromosom 10: Porfiria
Kelainan metabolisme porfiria / porfirin ialah kondisi yang melibatkan proses mutasi pada salah satu diantara beberapa gen, yakni gen-gen yang berkaitan dengan adanya kemampuan badan untuk memproduksi hemoglobin. Berbagai bentuk penyakit porfiria dengan kondisi tingkat keparahan tanda-tanda yang berbeda-beda, akan tetapi semuanya cenderung berkaitan dengan kondisi anemia, insomnia, gangguan kesadaran serta rasa sakit yang sulit diobati.
Kromosom 14 : Penyakit Alzaheimer
Alzaheimer ialah penyakit demensia progresif yang pada umum terjadi pada orang usia lanjut dengan ditandai adanya penumpukan plak amoloid (semacam pati) di dalam otak. Hanya 10 hingga 20 persen masalah penyakit Alzheimer yang secara terang terbukti ialah penyakit genetis, namun lantaran penyakit Alzheimer biasanya muncul pada lanjut usia, kemungkinan banyak masalah Alzhaimer jawaban genetis banyak yang terlewatkan dari perhatian. Mutasi yang terjadi di dalam beberapa gen penyandi protein, terutama satu gen yang menyandi protein prekursor amiloid pada kromosom 21 telah diketahui mempunyai kiprah dalam proses Alzhaimer. Salah satu bentuk penyakit Alzhaimer yang berkaitan dengan kromosom noor 14 berawal lebih dini dan seringkali sebelum usia 60 tahun. Gen-gen yang lain juga menimbulkan penyakit Alzhaimer secara genetis juga di kromosom 1 dan 19, serta DNA mitokondria.
Kromosom 15 : Sindrom Marfan
Sindrom Marfan ialah penyakit yang ditemukan pertama pada tahun 1896 pada gadis kecil berusia 5 tahun dengan ciri-ciri mempunyai anggota badan terlalu panjang, jari-jari ibarat laba-laba, tubuhnya tinggi, tulang punggungnyaa melengkung, dan terjadi pemendekan sendi jari dan lutut (Gambar 3). Kondisi yang lain yakni lensa mata tidak stabil, gangguan pada paru-paru dan rentan dengan penyakit hernia. Kasus sindrom Marfan terjadi 1 diantara 10.000 orang. 15 hingga 30 persen diantaranya merupakan hasil mutasi baru. Penelitian molekular menemukan bahwa sumber sindrom ini ialah alel mutan gen fibrillin yang terletak di pecahan tengah kromosom 15.
Gambar 3. Sindrom Marfan
Kromosom 20 : Insomnia Fatal
Kasus ini berawal dari laporan perihal seorang paru baya dengan gangguan sfinkter (otot yang bebentuk cincin yang bisa membuka dan menutup, teladan pada anus) serta tak bisa tidur berat. Selama kurun 9 bulan berikutnya tanda-tanda tersbut menjelma kondisi pikiran yang mengawang, tremor koma, bahkan kematian. Penelitian selanjutnya menandakan bahwa banyak anggota keluarga pasien dalam tiga generasi mengalami tanda-tanda yang sama. Setelah ditelusuri, tak bisa tidur fatal ini diketahui sebagai kelainan pada thalamus di pecahan depan otak. Gen yang bertanggung jawab terletak pada kromosom 20 yang menyandi protein prion yang fungsinya belum terang serta terlibat dengan beberapa penyakit lainya pada thalamus.
Kromosom 21 : Sindrom Down
Sindrom Down (Down Syndrome) ialah cacat genetis ini melibatkan kelainan besar pada kromosom, dimana pasien mempunyai tiga duplikat atau kelebihan kromosom 21, dimana pada kondisi normal hanya mempunyai sepasang. Kondisi penyakit ini merupakan yang pertama untuk beberapa hal ibarat kelainan kromosom yang pertama yang diketahui secara klinis; kelainan insan pertama yang terbukti berasal dari kromosom utuh; dan mempunyai frekuensi tertinggi dalam mengakibatkan banyak sekali kondisi retardasi mental (1 diantara 700 kelainan hidup). Ciri fisik maupun fisiologis dari penderita Down Syndrome yakni bentuk tengkorak wajah yang khas serta kelainan neurologis terutama berasal dari ketidakseimbangan metabolisme sebagai jawaban berlebihnya duplikat gen dan produk proteinya. Langkah awal untuk diagnosis pra kelahiran yakni melalui amniosentesis atau pemindahan serum sudah tersedia.
Gambar 4. Syndrome Down
Kromosom X
Kromosom X ialah sumber dari banyaknya penyakit genetik. Pada kelainan resesif, konsekuensi buruknya lebih banyak terjadi pada pria daripada perempuan. Kelainan genetik dari penyakit bawaan kromosom X yakni mempunyai penyebaran yang khas yaitu silsilah keluarga. Contoh penyakit kromosom X yakni kekeliruan metabolisme bawaan yaitu sindrom Lesch-Nyhan. Sindrom Lesch-Nyhan ialah salah satu penyakit genetik yang paling menakutkan. Penyakit yang bersifat resesif ini ditandai dengan disfungsi saraf yang sanggup menimbulkan dorongam untuk muntah dan mutilasi diri. Anak-anak yang pengidap yang selalu pria sering menunjukkan dorongan obsesif dan hasrat tak yang terkendali untuk menyakiti dirinya. Contohnya ibarat menggigit bibir dan jari, menyiram diri dengan air panas, serta menikam wajah dan mata dengan benda tajam. Meskipun bawah umur tersebut mempunyai keterbelakangan mental, namun bawah umur tersebut mempunyai pandangan yang terang dan normal serta bisa mencicipi sakit.
Kromosom Y
Dampak yang paling fundamental dari kromosom ini ialah penentuan jenis kelamin itu sendiri. Gen yang bertanggung jawab (awalnya dinamakan faktor penentu testis / testis-determining factor, TDF) belakangan ini diidentifikasi dan diketahui berada di ujung kromosom Y. Sebenarnya, TDF mengawali rentetan kejadian dalam perkembangan embrio yang berpuncak pada terjadinya individu laki-laki. Faktor lingkungan atau genetis apapun yang menghalangi diferensiasi testis bisa menggagalkan terjadinya laki-laki, kembali ke keadaan awal yakni perempuan.
Satu kelompok kerusakan genetis pada Y, disgenesis gonad XY, terjadi pada tempat gen TDF itu sendiri. Pasien penderita mengatakan banyak sekali tingkat ambiguitas seksual, yang berkisar dari fenotip pria dengan mikroppenis hingga fenotip wanita yang sepenuhnya tak mempunyai gonad pria dan bermacam-macam tingkat perkembangan rahim dan organ reproduktif eksternal perempuan.
Gen TDF menarik perhatian lantaran gen tersebut berperan pada bentuk anomali kromosom seks lainnya. Studi sitogenetika tahap awal telah mengungkap kasus-kasus langka, fenotipe pria mempunyai kromosom XX ibarat yang normalnya dimiliki perempuan. Analisis lebih lanjut mengatakan bahwa pria XX gotong royong punya bagian-bagian kromosom Y yang pindah ke lengan pendek salah satu kromosom X-nya (kemungkinan melalui kejadian meiosis asing ketika sang ayah memproduksi sperma). Pengamatan pada banyak masalah semacam itu, mengarah pada identifikasi pemindahan kromosom terkecil yang menghasilkan kondisi pria dngan kromosom XX. Pemindahan itu meliputi ujung kromosom Y. Individu XX yang punya pecahan kromosom Y lainnya, fenotipnya tetap perempuan.
Perempuan yang cuma punya satu kromosom X (genotip XO) mengalami sindrom turner. Sindrom turner ialah kondisi kelaiann genetis dengan gejalanya anatara lain perawakannya pendek, indung telur rusak, leher bergelambir, pembengkakan tangan dan kaki, serta penyempitan aorta. Sindrom turner terjadi pada sekitar 1-2% kehamilan yang diketahui secara klinis, tapi 99% janin dengan kondisi sindrom turner meninggal sebelum dilahirkan (menjadikan sindrom turner sebagai anomali kromosom yang paling umum dilaporkan pada masalah aborsin spontan). Dalam populasi umum, sidrom turner terjadi pada sekitar satu per 5.000 kelahiran bayi wanita hidup.
Trisomi X (genotip XXX) bahkan juga sering terjadi yakni sekitar satu per 1.000 kelahiran bayi hidup. Gejala klinisnya antara lain terlihat ringan, tetapi sering mengalami kesulitan berguru bahkan mengalami kemandulan parsial.
Beberapa kelainan konfigurasi kromososm seks menghasilkan individu dengan fenotip laki-laki. Contohnya ialah kondisi genotip XXY (sindrom klinefelter) dan XYY, yang keduanya terjadi pada satu dari sekitar 1.000 kelahiran bayi pria hidup. Pada pasien dengan genotip XXY mempunyai berperawakan jangkung, kurus dan biasanya mandul. Sindrom XYY mempunyai sedikit dampak dan biasanya tidak terdeteksi.
hermafroditisme sejati, ketika testis dan indung telur sama-sama berkembang, juga dikenal pada manusia. Salah satu rute genetis menuju hermafroditisme ialah khimerisme XX / XY, dimana pembuahan ganda mengakibatkan pencampuran sel janin XX dan XY. Individu yang terjadi gotong royong embrio rangkap yang terdiri dari dua tipe sel, salah satunya secara genetika ialah pria dan lainya perempuan
0 Komentar
Penulisan markup di komentar