Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, membuat karya seni asli yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; kerikil digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu.
Adapun pembahasan dalam Pengrtian Mencetak yang saya bahas dikala ini yaitu Jenis-Jeni Teknik Untuk Mencetak Bagi anda yang belum tau Macam-macam motif Tenun Di Indonesia gak uasah khawatir lagi ini udah saya siapkan dibawah ini. pahami dalam setiap bacaannya
Jenis-Jeni Teknik Untuk Mencetak
1. Cetak Saring (Silkscreen)Cetak saring merupakan salah satu teknik mencetak yang umum dikenal orang dengan nama sablon. Teknik yang digunakan yaitu mencetak dengan memakai cetakan yang terbuat dari kasa (screen) yang terpasang pada rangka.
Kasa (screen) ini bersifat elastis, lentur, dan halus. Cetak saring pada umumnya digunakan dalam pembuatan spanduk, poster, dan kaos. Screen yang digunakan untuk menyablon sangat beragam. Hal itu terlihat dari segi kualitasnya dengan sifat-sifatnya yang berbeda. Untuk memilih perbedaan screen, digunakan aksara “T”. Berikut ini beberapa contoh tipe screen yang digunakan untuk menyablon.
• T 55, yaitu tipe screen yang sifatnya banyak meloloskan tinta alasannya yaitu poriporinya besar. Tipe ini digunakan untuk mencetak gambar pada handuk atau karung gula.
• T 90, yaitu tipe screen dengan pori-pori yang agak rapat. Tipe ini banyak digunakan untuk mencetak kaos dan spanduk.
• T 120, yaitu tipe screen dengan pori-pori yang lebih rapat. Tipe ini biasanya digunakan untuk mencetak pada permukaan kayu lapis, kertas karton, dan kulit.
• T 150, yaitu tipe screen yang banyak digunakan untuk mencetak pada permukaan materi serat ( fiber), formika, dan imitasi.
Seniman yang memakai teknik cetak saring dalam menghasilkan karya seni antara lain Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
2. Cetak Tinggi (Cetak Timbul)
Cetak tinggi atau cetak timbul yaitu cara membuat pola cetak dengan membentuk gambar pada permukaan media cetak secara timbul. Contoh yang paling sederhana dari teknik ini yaitu stempel atau cap. Media yang umum digunakan untuk membuat cetak tinggi yaitu kayu lapis/triplek, hardboard, metal, karet (linoleum), dan papan kayu.
Teknik cetak tinggi yang paling popular yaitu seni grafis cukilan kayu (woodcut). Teknik ini telah dikenal oleh orang Koptia di Mesir pada era ke-14 M. Orang Eropa memakai teknik ini untuk membuat hiasan pada kain tenun. Seni ini juga digunakan sebagai media cetak aksara dan buku. Salah seorang pencetus yang berjasa dalam inovasi seni mencetak yaitu Johanes Gutenberg (1400-1468) dari Jerman.
Ada pula seniman (grafikus) yang memakai media teknik cetak tinggi untuk membuat karyanya. Mereka yaitu Albrecht Durer, L. Granach, H. Holbein, HB. Grien (Jerman), Kastuhista Hokusai, Ando Hirosige (Jepang). Adapun grafikus Indonesia yang memakai cetak tinggi dalam berkarya antara lain Kaboel Suadi, Edi Sunaryo, dan Andang Supriadi.
3. Cetak Datar (Lithography)
Lithography berasal dari bahasa Yunani, yaitu lithos (batu) dan graphien (menulis). Lithography merupakan seni gra fis cetak datar dengan memakai pola cetak dari lempengan kerikil kapur. Media kerikil kapur digunakan alasannya yaitu mempunyai sifat sanggup menghisap tinta cair dan lemak.
Seniman yang memakai teknik ini antara lain George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec, adn Stow Wengenroth.
4. Cetak Dalam
Teknik cetak dalam yaitu salah satu teknik seni grafis dengan memakai pola cetak dari logam tembaga. Teknik pembuatan cetak dalam yaitu dengan ditoreh atau digores langsung. Ada pula yang memakai larutan senyawa asam nitrit yang bersifat korosit terhadap logam tembaga. Seni grafis cetak dalam terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu engraving, etsa, mezzotint, dan drypoint.
a) Engraving
Engraving dikembangkan di Jerman sekitar 1430 dari ukiran halus yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. Untuk melaksanakan teknik ini, seseorang harus memiliki
keterampilan alasannya yaitu harus memakai alat yang disebut burin. Penggunaan alat ini dianggap cukup rumit.
Burin digunakan untuk mengukir logam. Seluruh, permukaan plat logam diberi tinta. Kemudian, tinta dibersihkan dari permukaan sehingga yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir. Setelah itu, plat logam ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Selanjutnya kertas mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir) dan menghasilkan karya cetak.
b) Etsa (Etching)
Etsa merupakan teknik cetak yang memakai media cetak berupa lempengan tembaga. Untuk pembuatan klise pola cetak dilakukan dengan memakai larutan asam nitrat (HNO3) yang bersifat korosit terhadap tembaga.
Penemu teknik ini yaitu Daniel Hopfer (sekitar 1470–1536) dari Augsburg, Jerman. Ia mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Jika dibandingkan dengan engraving, etsa mempunyai kelebihan, yaitu tidak menyerupai engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam. Etsa relatif gampang dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar. Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali mempunyai detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus hingga kasar.
Pengerjaan awal teknik ini yaitu selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian, lapisan tersebut digores dengan jarum etsa yang runcing sehingga bab logamnya terbuka. Plat tersebut kemudian dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bab plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
c) Mezzotint
Mezzotint merupakan teknik cetak dengan plat logam yang terlebih dahulu dibentuk bergairah permukaannya secara merata. Gambar dibentuk dengan mengerok halus permukaan logam dengan membuat dampak gelap ke terang. Gambar juga sanggup dibentuk dengan mengasarkan bab tertentu saja, bekerja dari warna jelas ke gelap. Alat yang digunakan untuk teknik ini yaitu rocker. Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609–1680). Proses ini digunakan secara luas di Inggris mulai pertengahan era ke-18 M untuk mereproduksi foto dan lukisan.
d) Drypoint
Drypoint merupakan variasi dari engraving. Teknik ini disebut dengan gesekan pribadi memakai alat runcing. Goresan drypoint akan meninggalkan kesan bergairah pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak dan adakala berkesan kabur. Drypoint hanya mempunyai kegunaan untuk jumlah edisi yang sangat kecil, sekitar sepuluh hingga dua puluh karya alasannya yaitu tekanan alat press dengan cepat merusak kesan kabur yang telah dibuat. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan materi logam lain) telah dilakukan semenjak era ke-19 M untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan pada era ke-15 M yang mempunyai julukan Housebook Master. Semua karya yang ia hasilkan memakai teknik drypoint. Beberapa seniman dunia yang memakai teknik ini yaitu Albrecht Durer dan Rembrandt.
Demikianlah sedikit materi Seni Budaya kali ini khususnya dalam membahasa Materi seni Rupa yang berjudul Jenis-Jeni Teknik Untuk Mencetak Semoga bisa menambah pengetahuan kita dalam memahami aneka ragam seni budaya yang ada di indonesia. terimakasih
0 Komentar
Penulisan markup di komentar